Kamis, 28 Desember 2017

BIOTEKNOLOGI PERAIRAN: PENGARUH LAMA WAKTU PERENDAMAN KERANG HIJAU (Perna viridis) MENGGUNAKAN BUAH TOMAT (Lycoperdicum esculentum) TERHADAP PENURUNAN KADAR LOGAM TIMBAL (Pb)



Bioteknologi sangatlah luas cakupannya, salah satunya yaitu bioteknologi pada perairan ataupun perikanan. Bioteknologi perikanan adalah bioteknologi yang ditekankan khusus pada bidang perikanan. Penerapan bioteknologi dalam bidang perikanan sangat luas, mulai dari rekayasa media budidaya, ikan, hingga pascapanen hasil perikanan. Pemanfaatan mikroba telah terbukti mampu mempertahankan kualitas media budidaya sehingga aman untuk digunakan sebagai media budidaya ikan.
Salah satu fenomena yang banyak diperbincangkan dkawasan masyarakat saat ini mengenai bioteknologi perairan ini yaitu banyaknya para petani ikan yang menjual kerang hijau (Perna viridis) yang mengandung kadar logam timbal. Karena tingkat konsumsi kerang hijau di masyarakat sangat tinggi, maka perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai ciri dan bagaimana kita sebagai masyarakat mengetahui cara menurunkan kadar logam timbal pada kerang hijau tersebut.
Beberapa penelitian telah menemukan salah satu cara untuk mengurangi kadar logam berat jenis timbal pada kekerangan dengan menggunakan bahan alami. Bahan alami yang dapat digunakan antara lain jeruk nipis dan asam jawa. Kemampuan jeruk nipis dan asam jawa dalam mengurangi kadar logam berat pada kerang dikarenakan dalam buah tersebut mengandung asam sitrat. Tomat memiliki kandungan asam sitrat sehingga dapat digunakan untuk menurunkan logam berat pada kekerangan. Kandungan asam sitrat pada buah dapat berfungsi sebagai pengikat logam, sehingga logam dapat berikatan dengan asam sitrat dan akan membentuk ikatan kimia kompleks dengan asam sitrat dan kandungan logam dalam kerang akan berkurang.
Sebelum kami paparkan bagaimana mekanisme buah tomat dalam menurunkan timbal, kita fahami terlebih dahulu mengenai kerang hijau, timbal dan juga penggunaan buah tomat untuk penurunan timbal pada kerang hijau.
1.             Pengertian kerang hijau
Kerang hijau (Perna viridis) adalah salah satu sumberdaya hayati yang memiliki nilai ekonomis tinggi di Indonesia. Hal ini disebabkan karena kerang hijau mudah dan relatif cepat dalam pembudidayaannya. Selain itu, kerang hijau (Perna viridis ) memiliki kandungan gizi yang tinggi untuk dikonsumsi, yaitu terdiri dari 49,8 % air, 21,9 % protein, 14,5 % lemak, 18,5 % karbohidrat dan 4,3 % abu sehingga menjadikan kerang hijau sebanding dengan daging sapi, telur maupun daging ayam karena 100 gram daging kerang hijau ini mengandung 100 kalori (Hutagalung, 2001).
Namun, dalam pembudidayaan kerang hijau haruslah diperhatikan penentuan lokasinya dan kondisi perairan yang sesuai dengan hidup kerang hijau. Karena jika hal tersebut tidak diperhatikan, maka akan memunculkan dampak bagi lingkungan maupun bagi kesehatan manusia.
Morfologi dari kerang hijau (Perna viridis ) ini yaitu; memiliki bentuk kaki yang merupakan pelebaran dari bagian tubuh yang berbentuk pipih lateral seperti kapak kecil, memiliki dua cangkang yang tipis dan simetris yang dapat dibuka tutup, memiliki persendian yang halus, dan otot aduktor pada bagian anterior. Pada kerang hijau yang dewasa, memiliki byssus yang kuat untuk menempel. Kerang hijau dapat mencapai panjang maksimum 16,5 cm, tetapi umumnya berukuran 8 cm. kerang hijau ini merupakan binatang lunak yang termasuk dalam kelas bivalvia atau pelecypoda (Adedokun, 2008),  Adapun klasifikasi dari kerang hijau menurut Adedokun (2008), yaitu:
Kingdom : Animalia
Filum       : Moluska
Kelas       : Bivalvia
Ordo        : Anisomyria
Family    : Mytilidae 
Genus      : Perna
Spesies    : Perna viridis
Perna viridis juga mempunyai kemampuan untuk mengakumulasi logam berat. Sehingga dengan adanya limbah logam berat seperti Pb dan Cu akan terakumulasi pada tubuh kerang hijau dan akan mengganggu proses pengambilan makanannya. Jika keadaan ini berlangsung terus menerus dalam jangka waktu lama dapat mencapai jumlah yang membahayakan kesehatan manusia yang mengkonsumsi organisme kerang hiijau (Perna viridis) (Muawanah dkk., 2005). Logam kemudian akan diserap dan tertimbun di jaringannya dan mengalami proses biotransformasi dan bioakumulasi. Apabila kerang dengan kadar logam Cd tinggi tersebut dikonsumsi manusia, maka dalam tubuh manusia akan terjadi proses biomagnifikasi dan dapat mengganggu fungsi organ tubuh manusia.
Proses masuknya logam kedalam tubuh yaitu masuk melalui lapisan lipid dari dinding sel melalui proses endosistosis. Saat masuk ke tubuh, organ tubuh memiliki kemampuan untuk mereduksi logam berat. Logam berat yang masuk ke saluran pencernaan akan dibuang bersamaan dengan feses. Pada darah, logam berat akan di fagositasi oleh sel darah putih. Sebenarnya dalam hepatopankreas Juga terdapat sitokrol P450 yang memiliki kemampuan untuk mengeluarkan logam berat dari tubuh. Karena jumlahnya terbatas, logam berat yang telah masuk dalam tubuh akan, disimpan terlebih dahulu dengan cara di fagositasi oleh sel pada hepatopankreas, dan nantinya akan di sekskresikan.
Disisi lain, karena afinitasnya yang tinggi, logam berat yang disimpan tersebut akan berikatan dengan gugus sllifidril sehingga sukar untuk lepas, karena ikatannya bersifat irreversible. Hg, Pb dan Cd termasuk logam berat yang sukar dilepaskan kembali, karena telah bcrikatan dengan gugus sllifidril (Paasivirta 2000).
2.             Timbal
Timbal (Pb) merupakan salah satu logam berat yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup karena bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan mutasi, terurai dalam jangka waktu lama dan toksisistasnya tidak berubah (Brass & Strauss, 1981).
Timbal (Pb) dapat mencemari udara, air, tanah, tumbuhan, hewan, bahkan manusia. Masuknya Pb ke tubuh manusia dapat melalui makanan dari tumbuhan yang biasa dikonsumsi manusia seperti padi, teh dan sayur-sayuran. Logam Pb terdapat di perairan baik secara alamiah maupun sebagai dampak dari aktivitas manusia. Logam ini masuk ke perairan melalui pengkristalan Pb di udara dengan bantuan air hujan. Selain itu, proses korofikasi dari batuan mineral juga merupakan salah satu jalur masuknya sumber Pb ke perairan (Palar, 1994).
Menurut Darmono (2001), timbal adalah logam toksik yang bersifat kumulatif sehingga mekanisme toksitasnya dibedakan menurut beberapa organ yang dipengaruhinya, yaitu sebagai berikut:
a.              Sistem hemopoeitik: timbal akan mengahambat sistem pembentukan hemoglobin sehingga menyebabkan anemia.
b.             Sistem saraf pusat dan tepi: dapat menyebabkan gangguan enselfalopati dan gejala gangguan saraf perifer.
c.              Sistem ginjal : dapat menyebabkan aminoasiduria, fostfaturia, gluksoria, nefropati, fibrosis dan atrofi glomerular.
d.             Sistem gastro-intestinal: dapat menyebabkan kolik dan konstipasi.
e.              Sistem kardiovaskular: menyebabkan peningkatan permeabelitas kapiler pembuluh darah.
f.              Sistem reproduksi: dapat menyebabkan kematian janin pada wanita dan hipospermi dan teratospermia.
3.             Pengaruh Tomat Terhadap  Timbal
Hasil uji kadar asam sitrat pada buah tomat didapatkan hasil sebesar 0,23%. Senyawa asam sitrat pada tomat dapat digunakan sebagai bahan alami untuk menurunkan kadar logam berat pada kerang. Kerang hijau yang diuji organoleptik dan hedonik dalam penelitian tahap Iyaitu kerang hijau dengan perlakuan perendaman menggunakan larutan tomat konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100%. Hasil uji organoleptik daging kerang hijau yang direndam menggunakan larutan tomat menununjukan bahwa semakin lama waktu perendaman tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kenampakan, bau, dan tekstur daging kerang hijau namun berpengaruh terhadap rasa. Perendaman 90 menit menghasilkan produk daging kerang hijau yang masih layak konsumsi.
Kenampakan daging daging kerang hijau setelah perendaman dengan lama waktu yang berbeda masih memiliki kenampakan utuh, semakin lama perendaman tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kenampakan. Kenampakan pada suatu bahan pangan mempengaruhi tingkat kesukaan konsumen, bahan yang memiliki kenampakan baik meningkatkan daya tarik terhadap konsumen. Karakter sensori makanan sebagian besar dinilai dengan cara visual. Gabungan dari indra lainnya, terutama bau dapat berkontribusi terhadap penilaian kenampakan. Rasa adalah yang paling utama dalam penerimaan konsumen, diikuti oleh tekstur lalu kenampakan.
Bau daging kerang hijau setelah perendaman dengan lama waktu yang berbeda masih tetap segar, semakin lama perendaman bau daging kerang hijau tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bau daging kerang hijau. Rasa daging daging kerang hijau setelah perendaman dengan lama waktu berbeda terhadap kontrol berbeda nyata karena rasanya berubah menjadi asam, akan tetapi rasa setelah dilakukan perendaman dengan lama waktu berbeda tidak berbeda nyata. Daging kerang hijau setelah perendaman dengan lama waktu berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap tekstur. Tekstur pada bahan pangan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen terhadap suatu produk pangan.
Perbedaan lama perendaman daging kerang hijau dengan larutan buah tomat konsentrasi 100% menyebabkan perubahan kadar timbal yang sangat nyata. Persentase dari kadar timbal dalam daging kerang hijau pada perlakuan perendaman dengan lama waktu 30 menit, 60 menit, dan 90 menit yaitu mengalami penurunan sebesar 32,98%, 39,17% dan 59,79%. Hasil penurunan kadar timbal tersebut menunjukan bahwa semakin lama waktu perendaman dengan larutan tomat maka semakin besar kadar timbal yang dapat dikurangi.
Asam sitrat dalam buah tomat memberikan pengaruh terhadap penurunan kadar timbal pada daging kerang sehingga larutan tomat dapat dimanfaatkan untuk menurunkan kadar logam berat. Proses pengikatan ion logam dengan gugus pengikat logam berawal dari tiga gugus karboksil (COOH) yang dapat melepaskan proton di dalam larutan. Jika hal demikian terjadi, ion yang dihasilkan adalah berupa ion sitrat. Asam sitrat sangat baik digunakan dalam larutan penyangga untuk mengendalikan pH suatu larutan. Ion sitrat dapat bereaksi dengan ion-ion logam sehingga membentuk garam sitrat.
Penurunan kandungan logam timbal juga disebabkan larutan asam dapat merusak ikatan kompleks logam protein. Selain itu, logam timbal merupakan jenis logam yang dapat larut dalam lemak. Dalam perendaman dengan larutan asam, lemak akan membentuk emulsi yang halus dan larut di dalam larutan asam sehingga dengan melarutnya lemak juga akan melarutkan logam timbal.
4.             Kesimpulan
Jadi, kesimpulan yang dapat diambil dari paparan tersebut yaitu perlakuan perendaman kerang hijau dengan menggunakan larutan tomat menyebabkan penurunan yang signifikan terhadap kadar timbal, kadar air, nilai pH dan organoleptik (rasa). Semakin lama waktu perendaman maka semakin besar penurunan logam pada daging kerang hijau.




DAFTAR PUSTAKA

Adedokun OA, Adeyemo OK, Adeleye E, Yusuf RK. 2008. Seasonal Limnological Variation and Nutrient Load of the River System in Ibadan Metropolis, Nigeria. European Journal, olScientUk Research 23( I):  98-108.
Brass, G. M. dan Strauss, W. 1981. Air Pollution Control . John Willey & Sons.  New York.
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. UI Press. Jakarta.
Hutagalung, H. P. 2001. Mercury and Cadmium content in green mussel, Mytilus viridis L. From Onrust waters, Jakarta Bay Creator. Bull. Env. Cont. And Tox. 42(6): 814-820.
Muawanah, N. Sari, Hendrianto dan A. Triana. 2005. Pemantauan lingkungan perairan pada  Kegiatan Pengembangan Budidaya dan Sanitasi Kerang hijau (Perna viridis) di Kabupaten Padeglang, Provinsi Banten. Buletin Teknik Litkayasa Akuakultur. 4(1): 13-16.
Paasivirta J. 2000. Chemical Ecotoxicology. Lewis Publishers. Florida.
Palar. 1994. Pencemaran Dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta. Rahde, A. F. Lead Inorganic. IPCS INCHEM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar